Esensi Pembangunan Karakter Bangsa
Jati diri merupakan fitrah manusia yang merupakan potensi dan bertumbuh kembang selama mata hati manusia bersih, sehat, dan tidak tertutup. Jati diri yang dipengaruhi lingkungan akan tumbuh menjadi karakter dan selanjutnya karakter akan melandasi pemikiran, sikap dan perilaku manusia. Oleh karena itu, tugas kita adalah menyiapkan lingkungan yang dapat mempengaruhi jati diri menjadi karakter yang baik, sehingga perilaku yang dihasilkan juga baik.
Karakter pribadi-pribadi akan berakumulasi menjadi karakter masyarakat dan pada akhirnya menjadi karakter bangsa. Untuk kemajuan Negara Republik Indonesia, diperlukan karakter yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Esensi Pembangunan Karakter Bangsa adalah Karakter bangsa yang
berlandaskan falsafah Pancasila artinya setiap aspek karakter harus dijiwai ke
lima sila Pancasila secara utuh dan komprehensif yang dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1.
Bangsa
yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa
Ber-Ketuhanan
Yang Maha Esa adalah bentuk kesadaran dan perilaku iman dan takwa serta akhlak
mulia sebagai karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter Ber-Ketuhanan
Yang Maha Esa seseorang tercermin antara lain hormat dan bekerja sama antara
pemeluk agama dan penganut kepercayaan, saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu; tidak memaksakan
agama dan kepercayaannya kepada orang lain.
2.
Bangsa
yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sikap
dan perilaku menjunjung tinggi kemanusian yang adil dan beradab diwujudkan
dalam perilaku hormat menghormati antarwarga negara sebagai karakteristik
pribadi bangsa Indonesia. Karakter kemanusiaan seseorang tercermin antara lain
dalam pengakuan atas persamaan derajat, hak, dan kewajiban; saling mencintai;
tenggang rasa; tidak semena-mena terhadap orang lain; gemar melakukan kegiatan kemanusiaan;
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan; berani membela kebenaran dan keadilan;
merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia serta mengembangkan
sikap hormat-menghormati.
3.
Bangsa
yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Komitmen
dan sikap yang selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan Indonesia di atas
kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan merupakan karakteristik pribadi
bangsa Indonesia. Karakter kebangsaan seseorang tecermin dalam sikap
menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa di atas
kepentingan pribadi atau golongan; rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan
negara; bangga sebagai bangsa Indonesia yang bertanah air Indonesia serta
menunjung tinggi bahasa Indonesia; memajukan pergaulan demi persatuan dan
kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal
Ika.
4.
Bangsa
yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia
Sikap
dan perilaku demokratis yang dilandasi nilai dan semangat kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan merupakan
karakteristik pribadi warga negara Indonesia. Karakter kerakyatan seseorang
tecermin dalam perilaku yang mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara;
tidak memaksakan kehendak kepada orang lain; mengutamakan musyawarah untuk
mufakat dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama; beritikad baik dan
bertanggung jawab dalam melaksanakan keputusan bersama; menggunakan akal sehat
dan nurani luhur dalam melakukan musyawarah; berani mengambil keputusan yang
secara moral dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
5.
Bangsa
yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan
Komitmen
dan sikap untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan merupakan karakteristik
pribadi bangsa Indonesia. Karakter berkeadilan sosial seseorang tecermin antara
lain dalam perbuatan yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan; sikap adil; menjaga keharmonisan antara hak dan kewajiban;
hormat terhadap hak-hak orang lain; suka menolong orang lain; menjauhi sikap
pemerasan terhadap orang lain; tidak boros; tidak bergaya hidup mewah; suka
bekerja keras; menghargai karya orang lain.
Karakter Bangsa yang Diharapkan
Untuk
mencapai karakter bangsa yang diharapkan sebagaimana tersebut di atas,
diperlukan individu-individu yang memiliki karakter. Oleh karena itu, dalam
upaya pembangunan karakter bangsa diperlukan upaya sungguh-sungguh untuk
membangun karakter individu (warga negara). Secara psikologis karakter individu
dimaknai sebagai hasil keterpaduan empat bagian, yakni olah hati, olah pikir,
olah raga, olah rasa dan karsa. Olah hati berkenaan dengan perasaan sikap dan
keyakinan/keimanan. Olah pikir berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan
menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif. Olah raga berkenaan dengan proses persepsi, kesiapan,
peniruan, manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru disertai sportivitas. Olah
rasa dan karsa berkenaan dengan kemauan dan kreativitas yang tecermin dalam
kepedulian, pencitraan, dan penciptaan kebaruan.
Karakter
individu yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila pada masing-masing bagian tersebut,
dapat dikemukakan sebagai berikut.
1.
Karakter
yang bersumber dari olah hati, antara lain beriman
dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung jawab, berempati,
berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa
patriotik;
2.
Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis,
kreatif, inovatif, ingin tahu, produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif;
3.
Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestetika antara lain bersih,
dan sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif,
kompetitif, ceria, dan gigih;
4.
Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antara lain kemanusiaan,
saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis,
peduli, kosmopolit (mendunia), mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air
(patriotis), bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja
keras, dan beretos kerja.
Olah
hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa sebenarnya saling
terkait satu sama lainnya. Oleh sebab itu, banyak aspek karakter yang dapat
dijelaskan sebagai hasil dari beberapa proses.
Permasalahan Bangsa Indonesia terkait dengan Karakter Bangsa
Dalam rangka pembangunan karakter bangsa, menuju
karakter bangsa yang diharapkan, kita dihadapkan permasalahan. Beberapa Permasalahan Bangsa Indonesia terkait dengan Pembangunan Karakter Bangsa, antara lain:
1.
Disorientasi
dan belum Dihayatinya Nilai-nilai Pancasila sebagai Filosofi dan Ideologi
Bangsa
Pancasila sebagai
kristalisasi nilai-nilai kehidupan masyarakat yang bersumber dari budaya
Indonesia telah menjadi ideologi dan pandangan hidup. Pancasila sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan ideologi negara
dan sebagai dasar negara. Pancasila sebagai pandangan hidup mengandung makna
bahwa hakikat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dijiwai oleh moral
dan etika yang dimanifestasikan dalam sikap perilaku dan kepribadian manusia
Indonesia yang proporsional baik dalam hubungan manusia dengan yang maha
pencipta, dan hubungan antara manusia dengan manusia, serta hubungan antara
manusia dengan lingkungannya. Namun dalam kehidupan masyarakat prinsip tersebut
tampak belum terlaksana dengan baik. Kekerasan (domestik maupun nasional) dan
hempasan globalisasi sampai kepada korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) masih
belum dapat diatasi.
Masalah tersebut
muncul karena telah terjadi disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai
Pancasila yang diakui kebenarannya secara universal. Pancasila sebagai sumber
karakter bangsa yang dimaksudkan adalah keseluruhan sifat yang mencakup
perilaku, kebiasaan, kesukaan, kemampuan, bakat, potensi, nilai-nilai, dan pola
pikir yang dimiliki oleh sekelompok manusia yang mau bersatu, merasa dirinya
bersatu, memiliki kesamaan nasib, asal, keturunan, bahasa, adat dan sejarah
Indonesia.
2.
Keterbatasan
Perangkat Kebijakan Terpadu dalam Mewujudkan Nilai-nilai Esensi Pancasila
Substansi hukum, baik
hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis sudah tertuang secara implisit
maupun eksplisit dalam produk-produk hukum yang ada. Substansi hukum mengarah
pada pemenuhan kebutuhan pembangunan dan aspirasi masyarakat, terutama dalam
pemenuhan rasa keadilan di depan hukum. Namun demikian berbagai kebijakan dan
produk hukum tersebut masih belum sepenuhnya dapat mengakomodasi kebutuhan untuk mewujudkan
nilai-nilai esensi Pancasila sebagai landasan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa
dan bernegara. Akibatnya, maka penanaman nilai-nilai Pancasila sebagai wahana
dan sarana membangun karakter bangsa, meningkatkan komitmen terhadap NKRI serta
menumbuhkembangkan etika kehidupan berbangsa bagi seluruh rakyat Indonesia
belum optimal. Oleh karena itu, pewujudan nilai-nilai esensi Pancasila pada
semua lapisan masyarakat Indonesia perlu didukung perangkat kebijakan terpadu.
3.
Bergesernya
Nilai-nilai Etika dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Pembangunan nasional
dalam segala bidang yang telah dilaksanakan selama ini memang mengalami
berbagai kemajuan. Namun, di tengah-tengah kemajuan tersebut terdapat dampak
negatif, yaitu terjadinya pergeseran terhadap nilai-nilai etika dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pergeseran sistem nilai ini sangat nampak dalam
kehidupan masyarakat dewasa ini, seperti penghargaan terhadap nilai budaya dan
bahasa, nilai solidaritas sosial, musyawarah mufakat, kekeluargaan, sopan
santun, kejujuran, rasa malu dan rasa cinta tanah air dirasakan semakin memudar.
Perilaku korupsi masih banyak terjadi, identitas ke-"kami"-an
cenderung ditonjolkan dan mengalahkan identitas ke-"kita"-an,
kepentingan kelompok, dan golongan seakan masih menjadi prioritas. Ruang publik
yang terbuka dimanfaatkan dan dijadikan sebagai ruang pelampiasan kemarahan dan
amuk massa. Benturan dan kekerasan masih saja terjadi di mana-mana dan memberi
kesan seakan-akan bangsa Indonesia sedang mengalami krisis moral sosial yang
berkepanjangan. Banyak penyelesaian masalah yang cenderung diakhiri dengan
tindakan anarkis. Aksi demontrasi mahasiswa dan masyarakat seringkali melewati
batas-batas ketentuan, merusak lingkungan, bahkan merobek dan membakar
lambang-lambang Negara yang seharusnya dijunjung dan dihormati. Hal tersebut,
menegaskan bahwa telah terjadi pergeseran nilai-nilai etika dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Bisa jadi
kesemua itu disebabkan belum optimalnya upaya pembentukan karakter bangsa,
kurangnnya keteladanan para pemimpin, lemahnya budaya patuh pada hukum,
cepatnya penyerapan budaya global yang negatif dan ketidakmerataan kondisi
sosial dan ekonomi masyarakat.
4.
Memudarnya
Kesadaran terhadap Nilai-nilai Budaya Bangsa
Pembangunan di bidang
budaya telah mengalami kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya pemahaman
terhadap keberagaman nilai-nilai budaya bangsa. Namun arus budaya global yang
sering dikaitkan dengan kemajuan di bidang komunikasi mencakup juga penyebaran informasi secara mendunia melalui
media cetak dan elektronika berdampak tehadap ideologi, agama, budaya dan nilai-nilai yang dianut
manyarakat Indonesia. Pengaruh arus deras budaya global yang negatif
menyebabkan kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa dirasakan semakin
memudar. Hal ini tercermin dari perilaku masyarakat Indonesia yang lebih
menghargai budaya asing dibandingkan budaya bangsa, baik dalam cara berpakaian,
bertutur kata, pergaulan bebas, dan pola hidup konsumtif, serta kurangnya
penghargaan terhadap produk dalam negeri.
Berdasarkan indikasi
di atas, globalisasi telah membawa perubahan terhadap pola berpikir dan
bertindak masyarakat dan bangsa Indonesia, terutama masyarakat kalangan
generasi muda yang cenderung mudah terpengaruh oleh nilai-nilai dan budaya luar
yang tidak sesuai dengan kepribadian dan karakter bangsa Indonesia. Untuk itu,
diperlukan upaya dan strategi yang tepat agar masyarakat Indonesia dapat tetap
menjaga nilai-nilai budaya dan jati diri bangsa sehingga tidak kehilangan
kepribadian sebagai bangsa Indonesia.
5.
Ancaman
Disintegrasi Bangsa
Ancaman dan gangguan terhadap
kedaulatan negara, keselamatan bangsa, dan keutuhan wilayah sangat terkait
dengan posisi geografis Indonesia, kekayaan alam yang melimpah, serta belum
tuntasnya pembangunan karakter bangsa, terutama pemahaman masalah
multikulturalisme yang telah berdampak munculnya gerakan separatis dan konflik
horisontal. Selain itu, belum meratanya hasil pembangunan antardaerah,
primordialisme yang tak terkendali, dan dampak negatif implementasi otonomi
daerah cenderung mengarah kepada terjadinya berbagai permasalahan di daerah.
6.
Melemahnya
Kemandirian Bangsa
Kemampuan bangsa yang
berdaya saing tinggi adalah kunci untuk membangun kemandirian bangsa. Daya
saing yang tinggi, akan menjadikan Indonesia siap menghadapi tantangan
globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang yang ada. Kemandirian suatu bangsa
tercermin, antara lain pada ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas
dan mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunan, kemandirian
aparatur pemerintahan dan aparatur penegak hukum dalam menjalankan tugasnya,
pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri yang semakin kukuh, dan
kemampuan memenuhi sendiri kebutuhan pokok. Namun hingga saat ini sikap
ketergantungan masyarakat dan bangsa Indonesia masih cukup tinggi terhadap
bangsa lain. Konsekuensinya bangsa Indonesia dalam berbagai aspek kurang
memiliki posisi tawar yang kuat sehingga tidak jarang menerima kehendak negara
donor meskipun secara ekonomi kurang menguntungkan. Kurangnya kemandirian, juga
tercermin dari sikap masyarakat yang
menjadikan produk asing sebagai primadona, etos kerja yang masih perlu
ditingkatkan, serta produk bangsa Indonesia dalam beberapa bidang pertanian
belum kompetitif di dunia internasional.
MANTAP PAK
ReplyDeleteInformasinya sangat bermanfaat dan menginspirasi, terima kasih banyak.
ReplyDeleteTerima kasih pak telah berbagi info yang menarik dan sangat kami butuhkan.
ReplyDeleteExtraordinary. This ainamulyana.com website has the advantage of being easily accessible. The website can be accessed quickly. Also this website is very useful.
ReplyDeleteTerima kasih banyak informasinya sangat bermanfaat. Jazakallahu Khairan Katsiran
ReplyDeleteIt's no surprise that this blog is amazing. Thank you for sharing that has helped many teachers and students as well as the general public.
ReplyDelete