PENGERTIAN PENILAIAN AUTENTIK, JENIS-JENIS PENILAIAN AUTENTIK, DAN CARA MEMBUAT PENILAIAN AUTENTIK

Pengertian Penilaian Autentik, Jenis-Jenis Penilaian Autentik, dan Cara membuat Penilaian Autentik


Pengertian Penilaian Autentik, Jenis-Jenis Penilaian Autentik, dan Cara membuat Penilaian Autentik. Apakah Penilaian Autentik? Pengertian Penilaian autentik diterjemahkan dari istilah asing authentic Assessment. Assessment merupakan sinonim dari kata penilaian, pengujian, pengukuran (sedikit berbeda), dan evaluasi (sedikit berbeda), dan lebih tepat merupakan gabungan dari makna dari berbagai kata itu. Kata authentic sinonim dengan kata nyata (sedikit berbeda), asli (sedikit berbeda), valid (sedikit berbeda), dan reliable (sedikit berbeda), dan lebih tepat merupakan gabungan dari makna dari berbagai kata itu.

 

Jadi secara harfiah, penilaian autentik memiliki makna pengukuran yang bermakna (nyata, menggambarkan situasi aslinya), secara siginifikan terhadap proses dan  hasil belajar peserta didik pada ranah ketrampilan, sikap,  dan pengetahuan (ksp).

 

Kata John Mueller, Penilaian autentik adalah sebuah bentuk penilaian dimana para siswa diminta untuk melakukan tugas-tugas di dunia nyata yang menunjukkan aplikasi bermakna dari pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dalam pembelajaran. Sebuah penilaian autentik biasanya mencakup tugas bagi siswa untuk melakukan dan unjuk kinerja dan tugas itu dinilai dengan berpedoman pada berupa rubrik yang telah ditetapkan. Siswa dituntut untuk menerapkan ketrampilan dan pengetahuan yang telah diperoleh dan telah mereka kuasai dalam dunia nyata (Richard J Stiggins).

 

Pengertian Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input – proses – output) tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effects) dan dampak pengiring (nurturant effects) dari pembelajaran.

 

Apa perbedaan Penilaian Autentik dan Tradisional? Kita dapat memperbandingkan penilaian autentik dan tradisional pada tabel sebagai berikut:


perbedaan Penilaian Autentik dan Tradisional

 

Apa Alasan Menggunakan Penilaian Autentik. Kita Menggunakan Penilaian Autentik

          Penilaian autentik, untuk menilai tindakan langsung

Guru tidak sekedar ingin agar siswa mengetahui konten dari suatu disiplin ilmu, tetapi lebih dari itu menginginkan agar para siswa dapat menerapkan isi disiplin ilmu itu dalam kehidupan nyata mereka sehari-hari. Karena itu, maka penilaian yang dilakukan pun harus dalam situasi yang autentik, dalam dunia nyata. Misalnya siswa seni musik, di sekolah diajarkan menabuh gamelan,   di masyarakat ternyata   mereka dapat mempraktekkan menabuh gamelan itu, bahkan memiliki kelompok panabuh gamelan, mereka dapat unjuk kemampuan menabuh gamelan dalam event penting di masyarakatnya, siapapun (termasuk warga sekolah yang lain) dapat melihat dan menilai performance mereka.

 

          Penilaian autentik, menangkap gejala alam untuk direkonstruksi dalam pembelajaran.

Siswa tidak bisa hanya menjadi konsumen pengetahuan yang diketahui guru. Kita perlu membangun makna  di lingkungan sosial kita sendiri, dengan menggunakan informasi yang berhasil dikumpulkan, pengalaman guru dalam nyata dipertimbangkan, lantas diajarkan. Misalnya, sekarang sedang hangat-hangatnya informasi tentang Dul (anaknya Ahmad Dhani), bocah umur 13 tahun, telah menyetir mobil sendiri, menabrak beberapa kendaraan, dan menimbulkan korban jiwa dan harta yang cukup banyak. Siswa kita putarkan film itu dari internet di sekolah, kita kaji bersama di kelas, bagaimana dimensi sosialnya, dimensi hukumnya, dan dimensi lingkungnnya. Siswa dibiarkan mengolah informasi itu sedemikian rupa, sehingga pulang sekolah telah terjadi kristalisasi nilai pada mereka masing-masing.

 

          Penilaian autentik, mengintegrasikan mengajar, belajar, dan penilaian sekaligus.

Dalam model penilaian autentik, tugas autentik yang sama digunakan untuk mengukur kemampuan siswa, atau ketrampilan lain yang digunakan sebagai sarana belajar. Ketika disajikan masalah nyata untuk mencari pemecahannya, guru harus pandai-pandai memfasilitasi proses pembelajarannya. Hasilnya, para siswa dapat menyelesaikan permasalahan, mendapatkan bahan penilaian, dan dapat melaksanakan kegiatan dan konsep yang bermakna. Misalnya, pada pelajaran biologi, siswa diajak memikirkan kemiskinan di lingkungan bersama, orang miskin, rumah kumuh, lingkungan kotor,  pekarangan kosong, lebar, kumuh, dan sebagainya. Bagaimana kalau siswa diminta mencari solusi, menggunakan pekarangan yang tersisa, menanam sayuran dalam plastik bekas, menggunakan kotoran pekarangan untuk pupuk, dan sebagainya.

 

          Penilaian autentik, memberikan jalan ganda menuju demonstrasi

Kepala sekolah,  guru, dan kita semua harus sadar kelebihan dan kekurangan suatu model pembelajaran. Demikian pula kita juga harus menyadari kelebihan dan kelemahan dalam menunjukkan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajari. Karena itu perlu pengujian untuk mengetahui apakah siswa merasa nyaman dengan suatu model pembelajaran tertentu atau tidak.  Misalnya, kita melaksanakan pembelajaran demokratis yang penuh semangat, ternyata pada siang dan sore hari  siswa mengantuk, bahkan banyak yang tidur. Mereka diminta untuk mengevaluasi hal itu bersama-sama, dan mencari solusi model pembelajaran yang cocok untuk mereka pada siang atau sore hari. Misalnya anak didik memilih pembelajaran yang mengedepankan praktek di laboratorium atau di masyarakat secara langsung.

 

Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Autentik. Mungkin kita harus mengerti dulu apa pembelajaran autentik dan kemudian menempatkan kedua konsep itu dalam posisi yang tepat. Permasalahannya bagaimana kita  dapat membangun kesepakatan tentang penerapan penilaian autentik kalau pembelajarannya belum autentik. Kalau begitu, kita harus memikirkan bagaimana pembelajarannya juga autentik. Lantas bagaimanakah sebuah proses pembelajaran bisa disebut autentik atau tidak autentik. Pembelajaran autentik itu mencerminkan tugas-tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam dunia nyata di luar sekolah. Siswa didorong untuk belajar berfikir sebagaimana seorang ilmuwan dalam memahami fenomena sosial yang berlangsung. Guru harus membimbing siswa agar menerapkan tatacara berfikir ilmiah. Sehingga siswa bisa diminta belajar secara langsung pada fenomena sosial dan alamiyah yang terjadi. Kita percaya bahwa apa yang dipelajari siswa di sekolah akan terimplementir dengan apa yang dilakukan di luar sekolah. Atau apa yang dilakukan di luar sekolah merupakan cerminan apa yang dilakukan di sekolah.

 

Penilaian autentik merupakan serangkaian  langkah-langkah dari berbagai teknik penilaian yang dikombinasikan sedemikian rupa.  Berbagai langkah dimaksud meliputi:

Pertama, kita dapat melakukan pengukuran langsung ketrampilan apa yang dimiliki peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan, misalnya alumni kita sukses di tempat bekerja atau sukses ketika melanjutkan belajar.

Kedua, kita dapat melakukan penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang lebih luas, dan kinerja yang kompleks.

Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas peroleh pengetahuan, sikap yang dihasilkan, dan  ketrampilan yang ditunjukkan.

 

Penilaian autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar siswa dapat  mencapai hasil akhir yang optimal, meskipun dengan satuan waktu yang berbeda. Dalam beberapa materi, hasil belajar baru dapat dilihat pada waktu yang panjang, meskipun tidak selamanya demikian. Kita akan melihat jenis materi yang kita komunikasikan kepada peserta didik.

 

Dalam pembelajaran autentik, peserta didik didorong untuk belajar secara langsung dari kejadian-kejadian yang menjadi obyek pembelajaran. Dengan demikian, peserta didik harus sudah mendapat  dan memiliki bekal tentang pendekatan ilmiah. Karena hanya dengan instrumen itu, peserta didik akan sukses dalam memahami fenomena sosial dan alam yang terjadi.  Bahkan dimungkinkan peserta didik dapat mempelajari hubungan antar fenomena secara mendalam pada tempat dimana fenomena itu berlangsung.

 

Pada pembelajaran autentik, penilaian autentik, maka gurunya pun dituntut menjadi guru yang autentik baik pada proses pembelajaran maupun pada proses penilaian. Seorang pengawas harus membantu guru agar guru dapat menjalankan pembelajaran yang autentik. Pengawas harus membantu  kepala sekolah agar guru di lingkungan sekolahnya  memiliki berbagai keterampilan yang dapat menolong penerapan penilaian autentik, sebagai berikut.

a)    Guru harus mampu menilai dan dapat mengetahui potensi peserta didik dalam kaitannya dengan desain pembelajaran tertentu, apa kekuatannya dan apa kelemahannya.

b)    Guru harus mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik agar yang bersangkutan dapat mengembangkan pengetahuan mereka, dimulai dengan mengejukan berbagai pertanyaan, menyediakan sumber-sumber yang diutuhkan oleh peserta didik, dan mampu melakukan akuisisi pengetahuan.

c)    Guru harus mampu dan mau menjadi pengasuh suatu proses pembelajaran, menangkap informasi baru, serta mengasimilasikannya dengan pemahaman peserta didik.

d)    Guru harus kreatif tentang bagaimana proses pembelajaran peserta didik dapat diperluas dengan menimba berbagai pengalaman di luar sekolah.

 

Bagaimana membuat Penilaian Autentik secara Umum

Pertama ada 4 langkah yang harus diikuti:

1)    Tahap I Mengidentifikasi standar

2)    Tahap II Memilih Tugas yang Autentik

3)    Tahap III Mengidentifikasi kriteria tugas

4)    Tahap IV Membuat rubrik

 

Tahap I, Mengidentifikasi standar

Standar, misalnya tujuan,   adalah pernyataan materi apa yang harus diketahui siswa serta kemampuan melakukannya. Namun, standar  biasanya lebih sempit dalam hal lingkup, dan lebih menerima penilaian target. Misalnya: Siswa dapat menambah nomor digit menjadi dua digit dengan benar.

 

Tahap II, Memilih tugas yang autentik

Misalnya menemukan cara agar siswa dapat menunjukkan bahwa mereka sepenuhnya mampu memenuhi standar. Bahasa standar yang ditulis dapat menguraikan tugas apa yang harus dilakukan siswa agar tergambar penguasaan mereka.

Tahap III, Mengidentifikasi kriteria tugas

Tanyakan kepada para siswa “apakah kinerja yang baik pada tugas ini terlihat jelas sebagaimana dimaksudkan?”. Para guru juga harus  menemukan cara agar memahami kalau para siswa telah melakukan pekerjaan dengan baik dan benar.

 

Kriteria indikator kinerja yang baik dan tidak baik. Karakteristik kriteria yang baik adalah:

1)    Dinyatakan dengan jelas

2)    Dinyatakan dengan singkat

3)    Tampak menyatakan perilaku

4)    Ditulis dengan bahasa yang dipahami siswa

 

Contoh rubrik holistik (akses  komunikasi dalam bahasa Indonesia):

Contoh rubrik penilaian

 Jenis-Jenis Penilaian Autentik. Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa penilaian autentik bukanlah penilaian tunggal, tetapi merupakan berbagai kombinasi dari berbagai jenis penilaian, karena itu sifatnya yang komplet dan kompleks.

Jenis penilaian autentik biasanya meliputi:

a)    Penilaian kinerja,

b)    Penilaian Proyek,

c)    Penilaian Portofolio, dan

d)    Penilaian Tertulis.

 

Bagaimana Menerapkan Penilaian Kinerja ? Sebagaimana di jelaskan sebelumnya, penilaian autentik harus melibatkan peran serta peserta didik, baik dalam proses penilaian, maupun dalam menentukan aspek-aspek yang dinilai.  Guru dapat mendiskusikan dengan para peserta didik mengenai unsur-unsur, proyek-proyek, tugas-tugas, yang akan dinilai, kriteria penilaiannya, dan bagaimana menilainya.

 

Berikut ini tata cara yang biasa dilakukan untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja.

          Daftar cek (check list),

          Catatan anekdot/narasi (anecdotal/ narative record)

          Skala penilaian (rating scale)

          Memori / ingatan (memory approach)

 

Bagaimana Menerapkan Penilaian Proyek ? Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas-tugas yang telah diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu yang telah disepakati. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi  yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, hingga penyajian hasil analisis data.

 

Berikut ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam penilaian proyek.

          Ketrampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis,  memberi makna atas informasi yang telah dianalisis, dan menulis laporan.

          Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh para peserta didik.

          Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau yang dihasilkan oleh para peserta didik.

 

Bagaimana Menerapkan Penilaian Portofolio ? Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dapat dihargai sebagai hasil kerja peserta didik di dunia nyata. Penilaian portofolio biasanya  dimulai dari hasil kerja peserta didik secara individual,  atau secara kelompok, memerlukan refleksi peserta didik atau tidak, dilakukan evaluasi oleh guru berdasarkan dimensi-dimensi yang telah ditetapkan sebelumnya.

 

Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah berikut.

          Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.

          Guru (bisa bersama peserta didik) menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.

          Peserta didik  secara individual maupun kelompok, secara mandiri maupun di bawah bimbingan guru ahli, menyusun portofolio pembelajaran.

          Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan kapan penyerahan portofolio itu dilakukan.

          Guru menilai portofolio peserta didik dengan berpedoman pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

          Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik, membahas secara bersama-sama dokumen portofolio yang telah dikumpulkan oleh para peserta didik.

          Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.

 

Bagaimana Menerapkan Penilaian Tertulis ? Tes tertulis berbetuk uraian atau esai  dimana peserta tes dituntut untuk mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang telah dipelajari bersama di kelas. Tes tertulis bernetuk uraian, sehingga peserta  tes didorong menjawa pertanyaan secara optimal, komprehensif, untuk menggambarkan ranah pengetahuan, sikap, dan perilaku yang berkaitan dengan pertanyaan yang diajukan.

 

Bagaimana Pengelolaan Nilai dalam Penilaian Autentik ? Pelaku penilai adalah:  (a) Penilaian oleh Pendidik, (b) penilaian oleh satuan pendidikan, (c) penilaian oleh pemerintah/lembaga profesional. Masing-masing memiliki prosedur baku antara lain (a) persiapan, (b) pelaksanaan, (c) analisis, dan (d) pelaporan. Penilaian pengetahuan, sikap, dan ketrampilan memakai pendekatan teknik skoring, dengan skala 4 atau dikembangkan.



= Baca Juga =



1 comment:

  1. It's no surprise that this blog is amazing. Thank you for sharing that has helped many teachers and students as well as the general public.

    ReplyDelete

Theme images by ainamulyana. Powered by Blogger.