Pembahasan Pengertian, Jenis Tindakan Sosial dan Perilaku Kolektif akan berkaitan dengan esensi dari gejala sosial, pengertian tindakan sosial serta perilaku kolektif, jenis dan bentuk dari tindakan sosial serta perilaku kolektif. Selain itu, juga untuk memahami tindakan sosial dan perilaku kolektif, bentuk perilaku kolektif, dn faktor pendorong dan teori-teorinya
Apa Pengertian Gejala Sosial?
Jika Anda memikirkan semua pengetahuan dan pengalaman yang kita peroleh selama
hidup kita, jumlah yang membantu membentuk pandangan dunia kita mungkin terlalu
banyak untuk dihitung. Misalnya, ketika kita masih muda, perspektif orang tua
kita secara langsung menginformasikan pendapat kita sendiri tentang hal-hal
seperti politik atau agama. Sementara pengalaman kemudian, seperti hubungan
romantis, membentuk persepsi kita tentang cinta dan tingkat risiko emosional
yang kita anggap dapat diterima.
Dalam sosiologi, pengetahuan
dan pengalaman seperti itu disebut sebagai fenomena sosial, yang merupakan
konstruksi sosial individu, eksternal, yang memengaruhi kehidupan dan
perkembangan kita, dan terus berkembang seiring bertambahnya usia. Jika
definisi ini terdengar kabur atau membingungkan, itu mungkin karena kategori
fenomena sosial sangat luas dan rumit, tetapi prinsip dasar dari fenomena
sosial adalah bahwa ia diciptakan oleh masyarakat, sebagai lawan dari sesuatu
yang terjadi secara alami di dunia, seperti gempa bumi, virus, atau tindakan
cuaca.
Untuk memperkuat apa yang
kita diskusikan di atas, seorang ahli metodologi penelitian bernama Gulo
mendefinisikan gejala sosial adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di antara
dan oleh manusia, baik secara individu maupun secara kelompok (Maryati, 2016:
29). Oleh sebab itu, adanya saling keterkaitan antara perilaku individu satu
dengan individu lain itu juga disebut sebagai gejala sosial. Salah satu hal
yang perlu Anda ketahui adalah bahwa prinsip dasar dari fenomena sosial adalah
bahwa ia diciptakan oleh masyarakat. Sehingga jika hal tersebut kita hubungkan
dengan apa yang dikemukakan Emile Durkheim terkait dengan Fakta Sosial, maka
konsep tentang gejala sosial itu adalah sebuah fakta di luar individu
(manusia), dimana fakta tersebut mempengaruhi kehidupan individu (manusia).
Oleh karena adanya aktivitas-aktivitas yang terjadi di dalam masyarakat itulah
yang disebut gejala sosial. Oleh sebab itu, dari kondisi itulah maka gejala
sosial muncul.
Kembali kepada topik kita
tentang gejala sosial, maka dengan adanya kegiatan masyarakat, hal tersebut
punya pengaruh kuat pada individu. Masyarakat dengan berbagai
kegiatan-kegiatannya lebih lanjut berpengaruh pada keyakinan, keinginan dan
motif perilaku dari para anggota masyarakat tersebut. Selanjutnya perilaku
individu itu disebut sebagai tindakan sosial. Jika dalam masyarakat kita
dapati, di mana tindakan-tindakan individu tersebut menyatu, maka hal itu bisa
disebut sebagai perilaku kolektif.
Dari apa yang telah kita
pelajari bersama tersebut, maka kita dapat simpulkan bahwa tindakan sosial dan
perilaku kolektif itulah yang merupakan kajian dari fenomena sosial atau gejala
sosial. Apa alasannya? Karena salah satu aspek penting dari gejala sosial
adalah bahwa ia melibatkan perilaku seseorang yang dapat diamati dan yang mempengaruhi
orang lain. Sebagai misal jika kita lihat tentang perkawinan, hal tersebut
adalah merupakan fenomena sosial, karena pernikahan merupakan tindakan yang
dapat diamati di berbagai tempat yang ada di masyarakat.
Anda harus selalu ingat,
bahwa salah satu aspek terpenting dari fenomena sosial adalah bahwa ia
melibatkan perilaku seseorang yang dapat diamati dan yang juga mempengaruhi
orang lain. Hal tersebut dapat kita ambil contoh seperti halnya rasisme.
Masalah rasisme adalah fenomena sosial karena itu adalah ideologi yang dibangun
orang yang secara langsung mempengaruhi kelompok lain, memaksa mereka untuk
mengubah perilaku mereka. Saya kira dengan penjelasan dan diskusi yang telah
kita lakukan cukup menjadi bekal, agar kita bisa melangkah lebih jauh untuk
memahami gejala sosial yang ada dalam masyarakat. Lebih lanjut kita akan bahas
terlebih dahulu tentang apa saja karakteristik atau ciri yang melekat dalam
gejala sosial tersebut, agar kita bisa lebih runut dan punya dasar pijakan yang
kuat.
Bagaimana Karakteristik
Gejala Sosial? Setelah di atas tadi kita bahas tentang pengertian dari gejala
sosial, maka biar runtut dan logis kita akan diskusikan karakteristik dari
gejala sosial. Apakah Anda mengetahui tentang karakteristik gejala sosial ?
Jika ada yang tahu silakan memberi jawaban. Jika tidak, kita mulai bahasan di
bawah ini. Ciri-ciri apa saja yang melekat dalam gejala sosial ? Kun Maryati
(2016: 30-31) mengemukakan tentang beberapa karakteristik dari gejala
sosial, yang disebut di antaranya adalah
:
1. Gejala sosial itu sangat
kompleks
2. Gejala sosial itu
beranekaragam
3. Gejala sosial tidak
bersifat universal
4. Gejala sosial itu
bersifat dinamis
5. Gejala sosial tidak mudah
dimengerti
6. Gejala sosial kurang
obyektif
7. Gejala sosial bersifat
kualitatif
8. Gejala sosial sulit
diprediksi
Untuk memperjelas tentang
bagaimana gejala sosial itu sangat kompleks, salah satu contoh adalah pasar: di
mana dalam pasar tersebut terdapat tindakan ekonomi, tindakan norma, tindakan
pertukaran sosial, ada hubungan atau interaksi antarstrata dalam masyarakat.
Lalu apa dan bagaimana Tindakan
Sosial? Apakah Anda paham apa yang dimaksud tindakan sosial? Apa orang
bernyanyi di kamar mandi hanya untuk memuaskan hatinya disebut tindakan sosial?
Bagaimana dengan orang yang
melempar batu, dekat
dengan orang yang
memancing, lalu membuat orang yang
memancing tersebut marah dan terganggu karena ikannya akan menjauhi pemancing.
Untuk memperjelas kedua tindakan tersebut, yang pertama (orang menyanyi) tindak
bisa disebut sebagai tindakan sosial karena untuk kepuasan diri sendiri. Sedang
tindakan kedua dapat dikatakan sebagai tindakan sosial, karena tindakan tesebut
(melempar batu) mempengaruhi pemancing tersebut. Itulah contoh dari tindakan
sosial.
Jika kita lihat kembali
tokoh sosiologi yang bicara tindakan sosial adalah Max Weber. Ia adalah orang yang
melihat bahwa inti dari kehidupan sosial adalah terletak pada perikelakuan
orang. Lebih lanjut menurutnya, tidak setiap tindakan harus dilihat atau
disebut sebagai interaksi. Selain contoh di atas, contoh lainnya misal, ada
tabrakan beruntun di jalan tol, yang diakibatkan adanya asap tebal, itu bukan
disebut interaksi. Hal itu akan lain, jika memang ada seseorang yang sengaja
menabrak atau sesudah bertabrakan pengemudi-pengemudinya mulai saling
berkelahi, saling menuduh atau saling tolong menolong, tindakan mereka itu
selanjutnya menjadi sebuah interaksi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
hakikat dari interaksi itu terletak dalam mengarahkan kelakuan kepada orang
lain. Kelakuan tersebut harus ada orientasi timbal balik antara pihak-pihak
yang bersangkutan, entah bagaimanapun juga isi perbuatannya itu, baik: cinta
atau benci, atau sebuah pengkhiatan atau kesetiaan, tindakan menolong atau
menghantam misalnya.
Selanjutnya kita juga akan
pelajari dan bahas lebih mendalam tentang perilaku kolektif. Sebelum kita masuk
pada materi tentang perilaku kolektif, apa ada yang pernah melihat perilaku
kolektif di sekitar Anda? Atau bahkan mungkin pernah menjadi bagian dari
perilaku kolektif tersebut.
Mungkin Anda pernah menjadi
bagian dari salah satu perilaku tersebut. Coba kita simak contoh ini. Saat anda
mengendarai kendaraan (mobil), tiba-tiba Anda terkena macet dan harus antri di
jalan. Anda mungkin lalu penasaran dan ingin tahu. Setelah anda tahu, ternyata
kemacetan tersebut akibat ada kecelakaan atau tabrakan, di mana bukti kendaraan
masih ada di tempat kejadian, saat anda melewatinya, anda biasanya akan
memperlambat kendaraan anda sekaligus ingin tahu ada apa dengan kecelakaan
tersebut. Orang pada antri pelan-pelan. Kerumunan seperti itu disebut sebagai
kerumunan sambil lalu. Nah di bawah ini akan dibahas beberapa jenis dan bentuk
perilaku kolektif yang sering kita temui, atau kadang kita juga menjadi bagian
dari perilaku kolektif tersebut.
Sebelum kita melangkah lebih
jauh, kita mesti pahami dulu apa yang dimaksud atau pengertian dari perilaku
kolektif tersebut. Ada baiknya kita lihat paparan dari Macionis (2012: 540),
perilaku kolektif adalah suatu aktivitas yang melibatkan sejumlah besar orang
yang tidak direncanakan, dan sering kali bersifat kontroversial dan juga tidak
jarang membahayakan.
Sebagai bahan perbandingan,
kita juga akan mencoba melihat pandangan Gustave Le Bon seorang ahli psikologi
sosial Perancis, yang mendefinisikan perilaku kolektif adalah aksi atau
perilaku orang-orang dalam kelompok dan keramaian sebagai akibat adari
kedekatan fisik dan cenderung ada aksi atau perilaku penularan kelompok. Suatu
tindakan individu yang tidak biasa serta cenderung menyimpang dari standar
rutin perilaku sosial, eksplosif dan tidak dapat diprediksi (Jary and Jary,
1991: 91).
Menurut Milgram dan Toch
(Horton dan Hunt, 1984: 167) perilaku atau tindakan kolektif adalah sebagai
perilaku kolektif yang lahir secara spontan, relatif tidak terorganisasi, dan
hampir tidak bisa diduga sebelumnya, proses kelanjutannya tidak terencana, dan
hanya tergantung pada stimulus timbal balik yang muncul di kalangan para
pelakunya. Jika kita simpulkan, maka perilaku kolektif tersebut adalah:
bersifat spontan, tidak terencana, melibatkan sejumlah orang, perilakunya beda
dengan perilaku pada umumnya masyarakat dan bersifat menular perilakunya.
Apa saja pendekatan untuk
memahami perilaku kolektif? Seperti yang lazim terjadi pada pemikiran-pemikiran
yang ada dan berkembang, dalam melihat perilaku kolektif pun juga seperti, oleh
sebab itu kita melihat lihat dengan kritis, mana yang lebih pas dan cocok untuk
melihat feomena perilaku kolektif tersebut. Hal tersebut misalnya bisa kita
lihat apa yang dikemukakan Turner dan Killian, bahwa meski terdapat beberapa
formulasi tentang perilaku kolektif, akan tetapi tidak ada satupun di antaranya
yang sempurna.
Turner dan Killian (Horton
dan Hunt, 1984: 167) mengemukakan bahwa setidaknya terdapat tiga pendekatan
untuk memahami perilaku kolektif tersebut. Tiga pendekatan tersebut adalah
sebagai berikut:
a.
Teori Penyebaran. Teori ini menggambarkan bahwa perilaku kerumunan adalah
sebagai respons yang tidak rasional dan tidak kritis atas godaan psikologis
dari situasi kerumunan
b.
Teori Konvergensi. Teori ini lebih memusatkan perhatian pada ciri-ciri budaya
dan kepribadian dari para anggota suatu kolektivitas. Teori ini juga mengamati
bagaimana persamaan ciri-ciri budaya dan kepribadian itu menunjang respons
kolektif terhadap situasi. Teori ini juga menekankan bahwa perilaku kolektif
dapat bersifat rasional dan terarah pada suatu sasaran.
c.
Teori Kemunculan Norma. Teori menyatakan bahwa dalam situasi yang memungkinkan
timbulnya perilaku kolektif, akan lahir pula suatu norma yang mengendalikan
perilaku.
Itulah beberapa pendekatan
dalam melihat tentang perilaku kolektif. Sehingga dari hal tersebut kita nanti
akan lebih jernih dalam melihat sebuah gejala sosial yang wujudnya dalam bentuk
perilaku kolektif.
Apa saja Faktor Penyebab muncul
Perilaku kolektif? Setelah kita bahas dan diskusikan tentang pengertian dan
pendekatan dalam melihat perilaku kolektif, maka kita coba untuk melihat
sebab-sebab munculnya sebuah perilaku kolektif. Ayo kita coba bersama-sama
melihat apa yang dikemukakan Smelser di bawah ini (Horton dan Hunt, 1984:
167-168). Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah sebagai berikut, yaitu
adanya situasi :
a.
Kesesuaian struktural, maksudnya adalah bahwa struktur sebuah masyarakat dapat
menjadi penunjang atau penghalang munculnya perilaku kolektif. Misal masyarakat
tradisional yang sederhana akan lebih sulit melahirkan perilaku kolektif
dibandingkan dengan masyarakat modern.
b.
Ketegangan struktural, bahwa ada pencabutan hak dan kekhawatiran akan hilangnya
sesuatu merupakan akar penyebab timbulnya perilaku kolektif. Adanya perasaan
adanya ketidakadilan, mendorong banyak orang untuk melakukan tindakan ekstrim.
Misalnya, kelas sosial bawah, kelompok minoritas yang tertekan dan terancam,
serta adanya kelompok sosial yang terancam karena hilangnya hak-hak istimewa,
merupakan kelompok manusia yang berkemungkinan melahirkan tindakan kolektif
atau perilaku kolektif.
c.
Kemunculan dan penyebaran pandangan, yaitu sebelum tindakan kolektif muncul,
maka para pelaku tindakan kolektif biasanya memiliki pandangan yang sama
tentang adanya sumber ancaman, jalan keluar dan cara pencapaian jalan keluar
tersebut.
d.
Faktor Pemercepat. Maksudnya adalah munculnya suatu peristiwa dramatis atau
desas-desus yang mempercepat timbulnya tindakan kolektif atau perilaku
kolektif. Misalnya hal tersebut bisa kita lihat, adanya teriakan “polisi
kejam!” pada masyarakat yang kebencian rasialnya tinggi, hal tersebut
bisa memunculkan kerusuhan.
Atau bisa juga,
di mana seseorang yang berlari dan berteriak-teriak
memancing dan memprovokasi masssa, bias menimbulkan adanya kerusuhan.
e.
Mobilisasi Tindakan. Maksudnya, yaitu para pemimpin perilaku kolektif yang
memulai, menyarankan dan mengarahkan adanya suatu kegiatan. Pemimpin yang
mencoba merumuskan dan juga mengarahkan.
f.
Pelaksanaan kontrol sosial, akibat dari semua hal yang disebut di atas dapat
dipengaruhi oleh para pemimpin, kekuatan propaganda, kekuatan aparat yang
represif, adanya perubahan kebijakan pemerintah dan Lembaga legislatif serta
adanya bentuk kontrol lainnya.
Hal di atas adalah beberapa
poin yang perlu kita perhatikan, jika kita sebagai seorang ahli sosiologi
mengamati, menganalisis dan membaca munculnya perilaku-perilaku kolektif yang
ada di dalam masyarakat. Untuk mempermudah lagi untuk memahami perilaku
kolektif ini, kita juga sebaiknya melihat apa saja kata kunci agar lebih focus
dan terarah. Kita akan lihat dan bahas di bawah ini beberapa kata kunci.
Anda sering melihat
bagaimana sebuah kelompok atau mungkin pernah mengalami sendiri bagaimana anda
berada dalam sebuah kelompok besar dan sudah mengarah pada bentuk perilaku yang
bersifat kolektif. Biasanya para anggotanya tidak saling berinteraksi, norma
sifatnya lebih spesifik (tidak bersifat umum dan biasanya juga tidak ada
batas-batas dalam kelompok tersebut.
Hal tersebut di atas,
seperti apa yang dikatakan contohnya oleh Macionis (2012: 541) mengemukakan
bahwa terdapat tiga kata kunci untuk membedakan pengertian tindakan kolektif
dan kelompok sosial (termasuk di dalamnya grup dan organisasi). Tiga kata kunci
yang dimaksud Macionis tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Orang-orang dalam tindakan kolektif biasanya mempunyai sedikit atau bahkan
tidak ada interaksi sosial
b.
Biasanya juga tidak ada batas sosial yang jelas dalam sebuah tindakan kolektif
c.
Norma yang terbangun, ada di luar norma pada umumnya
Apa
yang dimaksud Kerumunan? Anda mungkin pernah melihat orang
menjual jamu atau justru malah ikutan melihat orang menjual jamu tersebut.
Itulah salah satu bentuk dari perilaku kerumunan. Agar lebih bisa melihat lebih
jauh tentang perilaku kermunan, maka kita akan bahas pengertian dari kerumunan.
Kerumunan adalah kerumunan orang yang bersifat sementara dan yang memberikan
reaksi secara bersama terhadap adanya suatu rangsangan atau stimuli. Kita akan
lihat ciri-ciri yang ada, terkait dengan perilaku kerumunan. Seperti yang
dikemukan oleh Perry dan Pugh (Horton dan Hunt, 1984: 168), ada beberapa ciri
dari perilaku kerumunan, di antaranya adalah sebagai berikut:
a.
Bersifat sementara
b.
Para anggotanya pada umumnya tidak saling mengenal
c.
Pada umumnya tidak memiliki struktur, aturan, tradisi, pengendalian formal,
pemimpin yang ditunjuk, dan pola yang mapan, yang dapat dijadikan pedoman oleh
para anggotanya.
d.
Perilaku kerumunan kadang kala bisa menjadi liar
e.
Kerumunan sering kali terjadi sebagai bentuk reaksi adanya tindakan yang sewenang-wenang
dari aparat
Lebih lanjut kita akan
melihat sebab-sebab munculnya kerumunan. Ada beberapa faktor munculnya
kerumunan. Seorang ahli psikologi sosial bernama Le Bon (Sunarto, 2004:
191-192) mengemukakan beberapa faktor penyebab munculnya perilaku kerumunan.
Faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a.
Faktor pertama adalah
karena kebersamaannya dengan
banyak orang, maka individu yang
semula dapat mengendalikan nalurinya, kemudian memperoleh perasaan kekuatan
luar biasa yang mendorong untuk tunduk pada dorongan naluri. Orang selanjutnya
akan terlebur dalam kerumunan, sehingga orang tersebut menjadi anonim (tidak
dikenal), maka rasa tanggung jawab yang semula mengendalikan individu pun
akhirnya lenyap
b.
Faktor kedua adalah karena penularan dan dianggap sebagai suatu gejala yang
menghipnotis. Artinya dalam suatu kerumunan tiap perasaan dan tindakan bersifat
menular.Individu yang telah tertular oleh perasaan dan tindakan orang lain itu,
selanjutnya akan akan mampu mengorbankan kepentingan pribadinya demi
kepentingan bersama.
c.
Faktor ketiga adalah adanya suggestibility. Faktor ini dianggap merupakan
faktor yang terpenting karena dalam kerumunan orang atau individu mudah
dipengaruhi, percaya dan taat. Individu seolah-olah lalu terhpnotis.
Tindakannya lalu jadi menyerupai robot, karena seseorang telah kehilangan
kesadaran pribadinya dan bertindak bertentangan dengan kehendaknya tanpa
disadari. Dalam kerumunan seorang yang kikir bisa menjadi pribadi yang jujur,
atau seorang yang alim bisa menjadi pribadi yang jahat.
Teori Penyebaran
Kita juga akan melihat dari
aspek lain tentang munculnya perilaku kolektif. Penyebaran sosial yang dimaksud
Blummer adalah adanya penyebaran suasana hati, perasaan atau yang tidak
rasional, tanpa disadari dan secara relatif berlangsung singkat (1975: 27). Teori
Blummer ini lebih menekankan pada aspek non rasional dari perilaku kolektif.
Lebih jauh ada beberapa
faktor yang menunjang penyebaran tersebut, antara lain: adanya anonimitas,
impersonalitas, mudahnya dipengaruhi, tekanan jiwa (stress) dan amplifikasi
interaksional. Semakin tinggi kadar anonimitas suatu kerumunan, semakin besar
pula kemungkinannya orang yang berkumpul tersebut, untuk menimbulkan tindakan
ekstrim. Anonimitas kerumunan tersebut akan mengikis rasa individualitas para
anggota kelompok tersebut.
Sedang perilaku kelompok
berciri impersonal, itu berarti bahwa jika suatu kelompok berinteraksi dengan
kelompok lain, interaksi yang terjadi tidak banyak memperhitungkan perasaan
atau hubungan pribadi. Mudah dipengaruhi itu maksudnya, karena situasi
kerumunan itu biasanya tidak berstruktur, maka tidak dikenal adanya pemimpin
yang mapan atau pola perilaku yang dapat dipanuti oleh para anggota kerumuna
tersebut. Tanggung jawab pribadi, telah beralih menjadi tanggung jawab
kelompok. Orang lalu biasanya tidak kritis dan menerima saran begitu saja,
terutama jika disampaikan dengan cara meyakinkan dan bersifat otoritatif. Dapat
dikatakan bahwa kerumunan itu sifatnya mudah dipengaruhi. Sedang amplikasi
interaksional adalah suatu proses di mana para anggota saling memberi
rangsangan satu dengan yang lain, sehingga intensitas emosi dan ketanggapan
mereka meningkat.
Teori Konvergensi
Selanjutnya kita akan lihat
dan pelajari bagaimana teori konvergensi. Menurut teori konvergensi ini,
perilaku kerumunan berawal dari berkumpulnya sejumlah orang yang memiliki kebutuhan, impuls
(dorongan hati), dan adanya perasaan tidak senang dan tujuan yang sama.
Teori Kemunculan Norma
Selanjutnya kita akan lihat
dan pelajari Teori Kemunculan Norma. Ralph Turner dan Lewis Killian (1987)
mengemukakan bahwa perilaku sosial tidak pernah sepenuhnya dapat diprediksi,
tetapi jika ada minat yang sama, hal itu akan
menarik orang ke kerumunan, pola perilaku yang berbeda dapat muncul.
Menurut Turner dan Killian (Macionis, 2012: 543), keramaian dimulai sebagai
kolektivitas yang berisi orang- orang dengan beragam minat dan motif. Khususnya
dalam hal kerumunan yang ekspresif, bertindak, dan protes, norma mungkin tidak
jelas dan berubah. Pada menit dan jam setelah gempa bumi dan tsunami
menghancurkan Jepang, misalnya, banyak orang lari ketakutan. Tetapi, dengan
cepat, orang-orang mulai saling membantu, dan Jepang memutuskan untuk melakukan
upaya kolektif untuk membangun kembali cara hidup mereka. Singkatnya, perilaku
orang-orang dalam kerumunan dapat berubah dari waktu ke waktu ketika orang
menggunakan tradisi mereka atau membuat aturan baru saat mereka berjalan.
Pembatas Perilaku Kerumunan
Untuk mendalami perilaku
kerumunan, kita akan bahas dan pelajari lebih jauh tentang teori Pembatas
Perilaku Kerumunan. Menurut teori ini, betapa pun irasional dan bebasnya
perilaku kerumunan, namun kerumunan tersebut masih dibatasi oleh
sekurang-kurangnya empat faktor:
a.
Adanya kebutuhan emosi para anggotanya
b.
Nilai-nilai yang sama dari para anggotanya
c.
Ada kepemimpinan dari kerumunan
d.
Adanya kontrol eksternal terhadap kerumunan yang muncul
Apa
yang dimaksud Kerumunan (Crowd)? Agar kita lebih paham lagi
tentang kerumunan, maka akan kita pelajari bersama tentang bentuk-bentuk
kerumunan yang ada. Sosiolog yang membahas bentuk kerumunan tersebut adalah
Horton dan Hunt (1984, 178-184). Menurutnya terdapat beberapa bentuk perilaku
kerumunan yang ada umum didapati, di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Audience (Hadirin)
Audience
adalah suatu kerumunan yang perhatiannya terpusat pada rangsangan yang berasal
dari luar. Rangsangan tersebut menurutnya terutama berwujud satu arah. Contoh
dari audience itu adalah: penonton bioskop, pendengar radio dan pemirsa
televisi sepenuhnya berwujud satu arah
b. Riot (Kerusuhan)
Kerusuhan
merupakan tindakan (aksi) agresif yang dilakukan secara keras oleh kerumunan
destruktif. Kerusuhan bisa menyangkut agama, suku, protes (protes riot). Contoh
yang nyata misalnya demo yang merusak fasilitas umum seperti beberapa saat yang
lalu.
c. Orgi (pesta pora)
Kerumunan
yang kesukaannya melewati batas adat kebiasaan disebut dengan Orgi. Ciri dari
Orgi ini adalah kerumunan yang lupa daratan karena adanya kegembiraan yang
berlebihan. Kesukariaan yang dinikmati bersama. Orgi merupakan perilaku bebas
yang masih memiliki batas-batas tertentu. Pada beberapa masyarakat, Orgi
merupakan cara yang melembaga bagi para anggotanya untuk meredakan ketegangan.
Seorang sosiolog bernama Listiak menyatakan bahwa Orgi sebagai “penyimpangan
yang sah” karena banyak masyarakat primitif yang menyelenggarakan pesta berkala
atau liburan yang tujuannya untuk mengurangi ketegangan. Minum minuman
beralkohol bersama misalnya.
d. Kepanikan (Panic)
Kepanikan
sering didefinisikan sebagai suatu kondisi emosi yang diwarnai oleh
keputusasaan dan ketakutan yang tidak terkendali. Oleh Smelser hal tersebut
sering disebut kepanikan sebagai “penyelamatan diri kolektif” yang didasari
oleh anggapan histeris. Kepanikan cenderung terjadi pada kelompok yang
mengalami keletihan karena adanya tekanan jiwa (stres) yang berkepanjangan. Di
samping itu kepanikan menurutnya juga mudah terjadi ketika
orang-orang merasa berada
dalam keadaan yang
sangat berbahaya dan hanya memiliki kemungkinan membebaskan diri yang
terbatas. Contoh yang nyata adalah terjadi kebakaran di satu Gedung yang ada di
lantai, atau ada kebakaran, di mana orang terkurung di dalam Gedung, sulit
untuk menyelamatkan diri.
Apa
dan bagaimana Perilaku Massa ? Setelah kita bersama bahas
dan pelajari kerumunan, maka lebih lanjut kita akan pelajari juga tentang
desas-desus, gaya, perilaku keranjingan dan histeria massa. Kita mungkin pernah
menjadi korban desas-desus karena adanya pemberitaan yang tidak berdasarkan
pada fakta atau kebenaran. Jika dulu desas-desus segera dibantah, oleh
pihak-pihak yang melakukan kesalahan, namun saat ini, justru desas-desus
diproduksi lebih masif dan didukung media sosial. Jika saat ini disebut sebagai
hoaxs.
Di bawah ini adalah beberapa
bentuk perilaku massa:
a.
Desas-desus. Desas-desus adalah berita yang menyebar secara cepat dan tidak
berlandaskan pada fakta (kenyataan)
b.
Gaya dan Mode biasanya dikaitkan dengan trend, misalnya grup motor.
c.
Perilaku Keranjingan adalah lebih mengarah pada upaya pengejaran kepuasan
tertentu.Perilaku keranjingan dapat bersifat tidak serius, contohnya seperti:
fans club, permainan (games), permainan terhadap harga, ekspresi tari-tarian
d.
Histeria Massa adalah anggapan atau perilaku irasional dan tidak wajar yang
menyebar di kalangan masyarakat. Histeria massa seringkali berwujud penyakit
fisik dan epidemic. Histeria masaa adalah anggapan atau perilaku irrasional dan
tidak wajar yang menyebar di kalangan masyarakat. Wujud dari hysteria massa
adalah berupa suatu malapetaka singkat yang menimpa banyak orang. Berikut
adalah contoh histeria massa
Publik dan Pendapat Publik
Kita lanjutkan lagi proses
belajar kita. Kali ini kita akan membahas dan belajar tentang publik. Mungkin
kita sering mendengar istilah publik artinya adalah khalayak. Atau tanpa kita
justru menjadi bagian dari publik tersebut, karena kita berlangganan majalah
hobby yang kita sukai. Misal otomotif atau majalah wanita Femina. Mari kita
coba lihat pengertian publik dari kajian sosiologis.
Adalah Horton dan Hunt
mencoba menguraikan tentang pengertian publik tersebut. Menurutnya istilah
publik secara sosiologis memiliki dua pengertian, sebagai berikut (1984 : 191)
a. Pertama, publik dapat diartikan sebagai
sejumlah orang yang terpisah- pisah dan memiliki perhatian yang sama terhadap
suatu masalah tertentu
b. Kedua, publik adalah sejumlah orang yang
memiliki perhatian terhadap suatu masalah dan saling berbeda pendapat, serta
membahas masalah tersebut.
Para anggota publik biasanya
tidak berkumpul bersama seperti halnya para anggota kerumuman. Setiap anggota
suatu publik hanya berkomunikasi secara langsung dengan beberapa anggota
lainnya. Kontak antarpara anggota publik terutama dilakukan melalui media
massa. Oleh sebab itu biasanya banyak nama majalah yang melambangkan ciri
publik yang menjadi sasaran publikasi majalah tersebut, misalnya majalah
Otomotif, majalah Geografi, atau majalah Femina (Majalah Wanita).
Di samping pengertian di
atas, publik tercipta karena adanya kompleksitas budaya (cultural complexity).
Kebudayaan yang kompleks melahirkan banyak kelompok kepentingan dan banyaknya
persoalan yang muncul, sehinga mengakibatkan pertentangan pendapat antar
kelompok. Misal, suatu kelompok menghendaki agar ada taman nasional, namun ada juga kelompok lain yang ingin agar hutan belantara dibiarkan tetap sebagaimana
kondisi alamiahnya; sedang kelompok yang lainnya menginginkan agar wilayah
semacam itu dikembangkan menjadi pusat rekreasi yang dilengkapi dengan tempat
peristirahatan, landasan terbang,
sementara kelompok yang lain menghendaki
agar wilayah itu dijadikan untuk bendungan air guna mengairi area persawahan di
sekitar wilayah tersebut.
Berbeda dengan masyarakat
yang sederhana atau mempunyai kebudayaan yang sederhana, mereka tantangannya
tidak terlalu banyak, dan biasanya jika ada konflik, biasanya masalah tersebut
dapat diselesaikan melalui tradisi dan adat kebiasaan masyarakat yang dianut
masyarakat tersebut. Sebaliknya, pada masyarakat yang berkebudayaan kompleks
dan selalu berubah, maka biasanya akan selalu muncul masalah baru. Adanya
kebudayaan yang kompleks dan selalu berubah akan menimbulkan banyak publik.
Setiap publik memiliki perhatian besar terhadap suatu kegiatan, kepentingan dan
masalah. Ketika para anggota publik membahas suatu masalah, kemudian melahirkan
pandangan yang menyangkut masalah tersebut, maka pada saat itu lahir pulalah pendapat
umum (public opinion).
Apat itu Gerakan Sosial? Pada
sesi ini kita akan membahas tentang gerakan sosial yang menjadi bagian dari
perilaku kolektif. Kita kadang melihat bagaimana sebuah gerakan itu muncul.
Misalnya bagaimana, pada tahun 1998 jika kita amati, bahwa Gerakan tersebut
muncul tidak dalam waktu sebulan atau dua bulan. Akan tetapi, gerakan tersebut
munculnya bertahun-tahun sebelum tahun 1998. Kondisi krisis ekonomi tahun 1998
dan kondisi sosial politik pada tahun tersebut telah menjadi pemicu munculnya
gerakan sosial. Apa itu gerakan sosial? Coba kita lihat di bawah ini. Gerakan
sosial adalah salah satu bentuk dari perilaku kolektif.
Pengertian Gerakan sosial
adalah sebagai suatu kolektivitas yang melakukan kegiatan dengan kadar
kesinambungan tertentu untuk
menentang atau menolak
perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau kelompok yang mencakup
kolektivitas itu sendiri (Turner dan Killian, 1972:246). Sementara itu Jary dan
Jary (1991: 588) mendefinisikan bahwa gerakan sosial adalah suatu aliansi
sejumlah besar orang yang berserikat untuk mendorong ataupun menghambat suatu
segi perubahan sosial dalam suatu masyarakat.
Jika kita amati sebenarnya
ada hal yang membedakan antara perilaku kolektif dan Gerakan sosial. Seperti
dikemukakan Giddens (1989) bahwa Gerakan sosial itu ditandai dengan adanya
tujuan dan kepentingan bersama. Gerakan sosial itu biasanya juga mempunyai
tujuan jangka panjang, di mana tujuannya untuk mengubah atau mempertahankan
masyarakat atau institusi yang ada di dalamnya. Contoh Gerakan sosial adalah
Gerakan mahasiswa di beberapa kota di Indonesia pada tahun 1965, juga Gerakan Green Peace yang
melakukan berbagai usaha untuk melawan praktek yang menurut mereka akan memberi
ancaman terhadap pelestarian lingkungan hidup. Gerakan sosial menurut Giddens
dan Light, Keller dan Calhoun (Sunarto, 2004) juga mempunyai ciri lain yaitu,
penggunaan cara-cara yang berada di luar konstitusi yang ada.
Untuk memperdalam tentang
gerakan sosial, ada baiknya kita lihat apa yang dikemukan David Aberle
(Sunarto, 2004: 196) di mana ia membedakan Gerakan sosial sebagai terlihat di
bawah ini :
a.
Alternative Movement, adalah gerakan yang tujuannya mengubah sebagian perilaku
perorangan. Contohnya adalah kampanye untuk mengubah perilaku tertentu seperti
agar orang tidak merokok. Juga misalnya kampanye agar orang melakukan hubungan
seks secara bertanggungjawab, sehingga . Jika hal tersebut tidak dilakukan,
maka orang akan cenderung mudah terkena HIV AIDS.
b.
Redemptive Movement, yang akan dirubah dalam gerakan ini adalah adanya
perubahan menyeluruh pada perilaku perseorangan. Gerakan ini kebanyakan
terdapat dalam bidang keagamaan. Misalnya perseorang diharapkan untuk bertobat
dan mengubah cara hidupnya sesuai dengan ajaran agama.
c.
Reformative Movement, adalah gerakan yang ingin mengubah dari segi-segi
tertentu dalam masyarakat. Misal gerakan perempuan untuk memperjuangkan hak-hak
kaum perempuan.
d.
Transformative Movement, adalah merupakan gerakan yang ingin mengubah
masyarakat secara menyeluruh. Contohnya adalah Gerakan Khmer Merah di Kamboja
yang ingin menciptakan masyarakat komunis. Suatu proses dimana penduduk kota
dipindahkan ke desa dan lebih dari satu juta orang Kamboja kehilangan nyawa
karena dibunuh rezim Khmer Merah. Menderita atau sakit merupakan contoh ekstrim
dari gerakan sosial seperti itu.
Apa
saja Teori Gerakan Sosial? Untuk membahas lebih jauh tentang
gerakan sosial, kita bisa pelajari tentang beberapa teori gerakan sosial yang
bisa dilihat dibawah ini:
a) Teori Ketidakpuasan
Pada
dasarnya, teori ini melihat bahwa akar dari gerakan sosial adalah terletak pada
perasaan ketidakpuasan. Orang yang hidupnya nyaman dan puas, kurang menaruh
perhatian pada gerakan sosial. Pada masyarakat modern, selalu saja terdapat
kadar ketidakpusan yang cukup mendorong terciptanya banyak gerakan sosial
(Turner dan Killian, 1972:271).
b) Teori Ketidakmampuan
Penyesuaian Diri Pribadi Diri.
Beda
dengan teori ketidakpuasan, maka teori ini melihat bahwa gerakan sosial adalah
sebagai tempat penyaluran kegagalan pribadi. Para ahli berpendapat bahwa banyak
gerakan mendapat dukungan dari kalangan orang yang kecewa dan tidak bahagia,
yang kehidupannya kurang berarti dan kurang berhasil.
c) Teori Deprivasi Relatif.
Teori
ini melihat, bahwa gerakan sosial muncul karena seseorang yang merasa kecewa
disebabkan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Seseorang yang
menginginkan sedikit, lalu ternyata hanya mampu memperoleh lebih sedikit akan
merasakan kadar kekecewaan yang lebih rendah daripada orang yang telah
memperoleh banyak, tetapi masih menginginkan lebih dari itu (Horton dan Hunt,
1984: 196).
d) Teori Mobilisasi Sumber
Daya
Teori
ini melihat tentang pentingnya pendayagunaan sumber daya secara efektif dalam
menunjang gerakan sosial, karena gerakan sosial yang berhasil memerlukan
organisasi dan taktik yang efektif. Oleh sebab itu adanya kepemimpinan,
organisasi dan taktik sebagai faktor utama yang menentukan sukses atau tidaknya
suatu gerakan sosial. Para penganut teori ini juga mempercayai bahwa tanpa
adanya keluhan dan ketidakpuasan, maka akan sulit terjadi gerakan.
Apa
saja Bentuk Gerakan Sosial? Setelah kita pelajari
tentang teori-teori gerakan, alangkah baiknya jika kita bersama- sama pelajari
juga tentang bentuk-bentuk gerakan sosial. Horton dan Hunt (1984: 198-199)
seoarng ahli yang mengklasifikasi bentuk gerakan sosial menjadi empat (4)
yaitu:
a.
Gerakan Perpindahan, manakala banyak orang melakukan perpindahan ke suatu
tempat pada waktu yang bersamaan, maka hal tersebut sebagai gerakan
perpindahan (migratory sosial
movement). Contoh gerakan ini
adalah migrasi orang-orang Irlandia ke Amerika Serikat setelah terjadi
kegagalan panen kentang. Pelarian pengungsi- pengungsi Kuba ke Amerika.
b.
Gerakan Ekspressif adalah jika orang tidak mampu pindah secara mudah dan
mengubah keadaan secara mudah pula, maka mereka mungkin saja akan mengubah
sikap mereka. Melalui gerakan ekspresif, orang mengubah reaksi mereka terhadap
kenyataan, bukannya berusaha mengubah kenyataan itu sendiri. Gerakan ini dapat
membantu orang untuk menerima kenyataan yang biasa muncul di kalangan orang
tertindas. Ada berbagai ragam gerakan ekspresif ini, yaitu mulai dari musik,
busana, hingga pada pada bentuk yang serius seperti gerakan keagamaan atau
kepercayaan tertentu.
c.
Gerakan Utopia, adalah gerakan yang ingin menciptakan suatu masyarakat
sejahtera dalam skala kecil. Dari beberapa komunitas yang ada di Amerika
Serikat, tidak banyak komunitas tersebut yang mampu bertahan hingga beberapa
tahun.
d.
Gerakan Reformasi, yaitu gerakan yang berupaya untuk memajukan masyarakat tanpa
banyak mengubah struktur dasarnya. Gerakan ini biasanya muncul di negara-negara
demokratis, sebaliknya jarang terjadi di negara-negara yang tidak membenarkan
perbedaan pendapat. Contoh gerakan ini misalnya gerakan perempuan, Gerakan
pencinta lingkungan hidup atau gerakan anti narkoba.
e.
Gerakan Revolusioner, adalah gerakan sosial yang mengarah pada perubahan sistem
sosial yang berlangsung secara besar-besaran dan tiba-tiba, serta biasanya
menggunakan kekerasan. Gerakan ini contohnya adalah gerakan revolusi di Iran
yang menentang Shah Iran pada tahun 1979.
f.
Gerakan Perlawanan, adalah gerakan yang melakukan perlawanan akibat kekecewaan
terhadap arah perkembangan suatu bangsa. Di Amerika gerakan ini muncul akibat
kekecewaan terhadap adanya kebebasan seksual atau gerakan yang kecewa terhadap
maraknya pornografi.
Bagaiamana Pentahapan
Gerakan Sosial? Setelah kita belajar tentang bentuk-bentuk gerakan sosial yang
ada, kita akan lihat lebih jauh tentang tahap-tahap munculnya gerakan sosial.
Adalah Blumer (Horton dan Hunt, 1984: 201) yang mengemukakan tentang
tahap-tahap munculnya gerakan sosial tersebut. Tahap itu menurutnya adalah
sebagai berikut:
a.
Tahap adanya ketidaktentraman karena ketidakpastian dan ketidakpuasan yang
makin meningkat
b.
Tahap adanya perangsangan, yaitu ketika perasaan ketidakpuasan sudah sedemikan
besar, penyebab-penyebabnya sudah teridentifikasi dan saran-saran tindak lanjut
sudah mulai diperdebatkan
c.
Tahap adanya formalisasi, yaitu ketika pemimpin telah mulai muncul, rencana
telah disusun, para pendukung telah ditempa, dan organisasi serta taktik telah
dimatangkan
d.
Adanya tahap institusionalisasi, yakni ketika organisasi telah diambilalih dari
para pemimpin terdahulu, birokrasi telah diperkuat, dan ideologi serta program
telah diwujudkan.
e.
Yang terakhir adalah adanya tahap pembubaran, yaitu dimana gerakan itu telah
berubah menjadi organisasi tetap atau justru sebaliknya mengalami pembubaran.
Demikian pembahasan materi
kuliah tentang berkaitan dengan esensi dari gejala sosial, pengertian tindakan sosial serta perilaku kolektif,
jenis dan bentuk dari tindakan sosial serta perilaku kolektif. Semoga ada
manfaatnya.

Posting Komentar untuk "Pengertian, Jenis Tindakan Sosial dan Perilaku Kolektif"